MUTIARA NASIHAT #233
I'TIKAF DAN KEMAMPUAN KITA
Keutamaan sepuluh akhir bulan Ramadhan
ibarat maghnet yang kuat untuk menarik hamba-hamba Allah, dalam beribadah.
Segala bentuk ibadah yang dicontohkan Nabi shalallah 'alaihi wasallam banyak
dikerjakan kaum mualimin dan muslimat.
Termasuk I'tikaf, dimana hadits Nabi
shalallah 'alaihi wasallam mengamalkan ketika hidupnya:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:-
أَنَّ اَلنَّبِيَّ– صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ
مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
– مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau
diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat.
Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari, dan Muslim).
Didalamnya banyak sunnah yang dapat
dilakukan sesorang yang i'tikaf:
Disunnahkan bagi orang yang beri’tikaf
untuk memperbanyak ibadat sunnat serta menyibukkan diri dengan shalat
berjama’ah lima waktu dan shalat-shalat sunnat, membaca Al Qur’an, tasbih,
tahmid, takbir, istighfar, berdoa, membaca shalawat atas Nabi dan ibadat-ibadat
lain yang mendekatkan diri kita kepada Allah.
Termasuk juga hal ini disunnatkan
menurut ilmu, membaca/menelaah kitab-kitab tafsir dan hadits, membaca riwayat
para Nabi dan orang-orang shaleh, dan mempelajari kitab-kitab fiqh serta
kitab-kitab yang berisi tentang masalah ‘aqidah.
Disunnahkan juga memperbanyak tafakkur
tentang keadaannya yang telah lalu, hari ini dan masa mendatang. Juga
banyak-banyak merenungkan tentang hakekat hidup di dunia ini dan kehidupan
akhirat kelak.
Diantaranya fungsi i'tikaf yaitu
mencari Lalatul Qodar, sebagaimana perintah Nabi shalallah 'alaihi wasallam:
حديث عائشة رضي الله عنها قالت:قال رسول الله
- صلى الله عليه وسلم - :(( تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ
مِنْ رَمَضَانَ))،
وفي رواية للبخاري: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم - يُجَاوِرُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ، وَيَقُولُ
« تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ »
Artinya: "Aisyah radhiyallahu
'anha berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Bersungguh-sungguhlah mencari lailatul qadar di sepuluh terakhir dari
bulan Ramadhan", di dalam riwayat Bukhari: "Senantiasa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf di sepuluh terakhir dari bulan
Ramadhan, beliau bersabda: "Bersungguh-sungguh untuk mencari lailatul
qadar di sepuluh terakhir bulan Ramadhan". Di dalam riwayat Bukhari:
"Carilah…". (HR. Bukhari, dan Muslim)
عن عَائِشَةَ - رضى الله عنها - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم
- قَالَ « تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ
مِنْ رَمَضَانَ
»
Artinya: "Aisyah radhiyallahu
'anha berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Bersungguh-sungguhlah mencari lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh
terakhir dari bulan Ramadhan". HR. Bukhari dan Muslim.
الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ
عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh
hari terakhir, jika salah seorang dari kalian merasa lemah atau tidak mampu,
maka janganlah sampai terlewatkan tujuh hari yang tersisa dari bulan Ramadhan.”
(HR. Muslim dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)
Dan yang lebih khusus lagi adalah
malam 27 sebagaimana sabda Nabi tentang Lailatul Qadar:
لَيْلَةُ سَبْع وَعِشْرِيْنَ
“(Dia adalah) malam ke-27.” (HR. Abu
Dawud, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma, dishahihkan oleh
Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud dan Asy-Syaikh Muqbil dalam
Shahih Al-Musnad)
Kemuliaan ibadah i'tikaf dan mencari
Lailatul Qodar, jangan sampai dilukai dengan perkara-perkara yang merusaknya.
Dan diantara yang harus di perhatikan adalah:
1. Niat ibadah karena Allah dan
mengikuti sunnah Nabi-Nya shalallah 'alaihi wasallam.
2. I'tikaf adalah sunnah jangan
mengalahkan yang wajib.
3. Janganlah pekerja berbohong agar
bebas dari pekerjaannya untuk melakukan i'tikaf.
4. Janganlah seorang mentelantarkan
anak istrinya dalam segi kehidupan, untuk mengejar i'tikaf penuh.
5. Jangan sampai seorang pekerja
terjerumus kepada korupsi waktu, yaitu malam i'tikap dan siangnya mengabaikan
tugas pekerjaannya, dengan tidur diwaktu kerja.
Dan tentu ibadah hendaklah disesuaikan
dengan kemampuan dan skala prioritas, mana yang lebih penting mana yang wajib
dan mana yang sunnah.
Allahumma Ya Allah, mudahkan kami
dalam beribadah kepada-Mu.
Allahua'alam.
Pondok Aren.
Abdurrahman Ayyub
WA.081310144169
0 komentar:
Posting Komentar