MUTIARA NASIHAT #201
MENINGKATKAN TARAF HIDUP
Bismillah
Suatu
fenomena umum manusia dari segala lapisan berlomba-lomba dalam meningkatkan
taraf hidupnya dalam urusan dunia, baik sebagai pedagang, pekerja, pegawai, pengusaha
dan sebagainya. Dan kita tidak akan membahas panjang lebar dalam hal ini,
karena hampir setiap kita pakar dalam hal dunianya.
Yang
jadi masalah sudahkah kita merangkak dan beranjak untuk meningkatkan taraf
hidup untuk akhirat. Yaitu apa yang telah dinyatakan oleh para ulama bahwa
seorang dalam ber-Din ada tingkatannya dari seorang muslim beranjak menjdi
seorang mu'min dan selanjutnya menjadi seorang muhsin.
Hal
ini berdasarkan hadits Nabi shalallah 'alaihi wasallam di bawah ini:
عَنْ
عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ
شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ
السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله
عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ
وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ
رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ
إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ،
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.
قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، ..... [رواه مسلم]
Dari
Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang
sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas
perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga
kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada
lututnya (Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka
bersabdalah Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ:
“Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain
Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia
berkata: “anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi:
“Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir
dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudia dia
berkata: “anda benar“. Kemudian dia
berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “Ihsan
adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau
tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . ............... (Riwayat Muslim)
Dalam
hadits yang panjang ini kita fokuskan pada pertanyaan malaikat Jibril
'alaihissalaam kepada Nabi Muhammad shalallah 'alaihi wasallam tentang Islam,
Iman dan Ihsan.
Oleh
karena itulah para ulama’ peneliti menyatakan bahwa setiap mu’min
pasti muslim, karena orang yang telah merealisasikan iman sehingga iman
itu tertanam kuat di dalam hatinya pasti akan melaksanakan amal-amal
islam/amalan lahir. Dan belum tentu setiap muslim itu pasti mu’min, karena bisa
jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini keimanannya dengan
sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan anggota badannya,
sehingga statusnya hanya muslim saja dan tidak tergolong mu’min dengan iman
yang sempurna. Sebagaimana Alloh Ta’ala telah berfirman, “Orang-orang Arab
Badui itu mengatakan ‘Kami telah beriman’. Katakanlah ‘Kalian belumlah beriman
tapi hendaklah kalian mengatakan: ‘Kami telah berislam’.” (Al Hujuroot:
14). Dengan demikian jelaslah sudah bahwasanya agama ini memang memiliki
tingkatan-tingkatan, dimana satu tingkatan lebih tinggi daripada yang lainnya.
Tingkatan pertama yaitu islam, kemudian tingkatan yang lebih tinggi dari itu
adalah iman, kemudian yang lebih tinggi dari tingkatan iman adalah ihsan (At
Tauhid li shoffil awwal al ‘aali, Syaikh Sholih Fauzan, hlm. 64)
Maka
semangatlah kita untuk meningkatkan taraf hidup di akhirat jangan hanya puas
jadi seorang muslim. Memohon dan bersungguh-sungguh untuk meningkatkan dari
seorang muslim menjadi seorang mu'min dan dari seorang mu'min menjadi seorang
muhsin.
Allahumma
Ya Allah, jadikan kami termasuk hambaMu yang muslim,mu'min dan muhsin.
Allahua'lam
Pondok Aren.
5
sya'ban 1436H/23-5-2015M
Abdurrahman
Ayyub
WA 081310144169
WA 081310144169
0 komentar:
Posting Komentar