MUTIARA NASIHAT #200
RESEP KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH
Bismillah
Mari bapak-bapak dan ibu-ibu, baik
yang baru nikah ataupun yang sudah lama berumah tangga, sedikit kita luangkan
waktu untuk menghidangkan bersama sajian Keluarga.
Pertama kita siapkan wadah sakinah,
berupa tempat tinggal baik ngontrak atau beli, atau juga bangun sendiri. Kalau
masih dengan orang tua atau mertua, ya jangan lama-lama masaknya di wadah ini
nanti gosong.
Kedua wadah sakinah yang non materi,
terpautnya dua hati dari jenis yang satu tapi beda jenis kelaminnya, nah
disesuaikan saja antara befikir dulu baru berbicara ( kebiasaan pria ) dan
bicara sambil berfikir, atau bicara dulu baru mikir ( kebiasaan wanita ).
Keumuman perbedaan ini bisa cair dan harmoni dalam wadah dua hati yang tenang,
ya sudah disiapkan untuk mengolah bumbu-bumbu perbedaan.
Selanjutnya masukkan pada wadah
sakinah bahan yang akan kita hidangkan berupa Mawaddah. Artinya penyatuan,
skaligus penyesuaian ada juga yang mengartikan hubungan suami istri baik
jasmani dan rohani. Saling menjadikan sebagai pakaian, saling melindungi,
saling memerintahkan yang ma'ruf, saling pengertian, memahami bahwa hubungan
biologis adalah sedekah yang mulia dan berpahala. Saling sabar menyabarkan dll.
Bahan Mawaddah yang diolah dengan baik insyaAllah akan menjadikan hidangan yang
sempurna, membangkitkan selera, semangat untuk menyantabnya.
Yang tidak kalah pentingnya adalah
bahan Ar-Rohmah. Sayang menyayangi suatu yang jelas pasti dalam hidangan ini.
Bahannya kecintaan sejati, yang tumbuh bukan hanya dari birahi, tapi lebih
kepada isi hati yang sudah terpatri untuk saling mencintai, warna kecemburuan
yang syari, cinta yang berdasarkan dari Cinta pada Ilahi, adalah jalinan kuat,
lebih kuat dari tangan-tangan gurita
dalam menangkap mangsanya.
Tentunya kadang mengalami pasang
surut, dalam jalinannya.
Tapi jika diolah dengan bijak dan
seksama, insyaAllah merupakan unsur penyedap hidangan ini.
Hasilnya adalah Hasbunallah Ni'mal
wakiil'
Cukuplah Allah sebaik2 kita berserah
diri.
Pondok Aren
Aburrahman Ayyub.
Abu Aminah Abdurrahman
Ayub
0 komentar:
Posting Komentar