MUTIARA NASIHAT #141
TIDAK ADA ISTILAH TERLAMBAT BERBAKTI SETELAH WAFATNYA
Bismillah
Kesedihan tiada tara kadang kita alami
ketika dua orang tua kita telah tiada.
Dan kesedihan itu kian mendalam bak
gelombang arus samudra yang ada di dada yang setiap saat membelah iga-iga yang
rapuh adanya.
Kian seorang mengingat semasa hidupnya
kurang berbakti pada orang tuanya.....bahkan mungkin pernah durhaka......Maka
kian begemuruh dadanya dan kian tertumpah ruah air matanya.
Tapi bukan itu yang didambakan dan diperlukan kedua orang tua
kita yang telah tiada.
Kadang seorang ingin berbakti dan
menyenangkan pada mereka, namun ketika itu masih papa tiada daya upaya bahkan
menjadi beban belaka.
Namun setelah ketiadaan mereka, dia
makmur rizkinya mengalir bak air diriak sungai, bahkan kadang melimpah ruah,
tapi kedua orang tua telah tiada.
Mereka mengecap kesengsaraan anaknya
dan berlalu menghadap Ilahi ketika kesenangan datang menyelimuti buah hatinya.
Beribu fenomena keadaan seorang anak
dengan kedua orang tua semasa hidupnya.
Namu semua itu tidak ada istilah terlambat.
Allah Ta'ala telah memberi solusi
terbaik melalui lisan NabiNya yang mulia shalallah 'alaihi wasalam, dalam
hadits dibawah ini:
جاءه رجل من بني سلمة فقال: يا رسول الله: هل بقي علي من بر أبوي شيء أبرهما
به بعد موتهما؟ قال: "نعم، الصلاة عليهما، والاستغفار لهما، وإنفاذ عهدهما من
بعدهما، وصلة الرحم التي لا توصل إلا بهما، وإكرام صديقهما".
Seseorang datang kepada
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam dari Bany Salamah dan bertanya, “Wahai
Rasulullah, apakah masih tersisa sesuatu sebagai baktiku kepada kedua orang
tuaku setelah keduanya wafat?” Beliau bersabda, “Ya, engkau mendoakan keduanya,
memohonkan ampunan untuk keduanya, menunaikan janji keduanya, memuliakan teman
keduanya, dan silaturahmi yang tidak tersambung kecuali dengan keduanya.” (Hadits
sahih R. Al-Hakim،
Abu Daud)
Jika seorang berhutang dengan
pihak-pihak lain dan dia berusaha keras membayarnya karena resiko duniawi baik
ancaman, tagihan, bahkan penjara dan mungkin nyawa.
Maka hutang kita dengan orang tua
lebih-lebih lagi wajib kita tunaikan. Apalagi ketika semasa hidup mereka kurang
kita perhatikan, atau bahkan kita abaikan, atau kita sia-siakan dan sebagainya.
Maka bakti seorang anak kepada kedua
orang tua senantiasa menjadi hutang manusia selama ruh masih dikandung badan,
selama jantung masih berdetak, selama nadi masih berdenyut, dan selama napas
masih berembus.
Maka menjadi anak soleh dan solehah
merupakan solusi pertama dan mujarab sebab Nabi shalallah 'alaihi wasalam
menyatakan:
-: إذا مات الإنسانُ، انقطَع عنه عمله إلاَّ من
ثلاثة: إلاَّ من صدقة جارية، أو عِلْم يُنْتَفع به، أو ولَد صالح يدعو له))؛ رواه مسلم
1631.
“Apabila seorang anak Adam meninggal
dunia maka amalnya terputus, kecuali tiga perkara: … , anak soleh yang
mendoakannya, ilmu yang bermanfaat, shodaqoh jariyah.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, sangat keliru jika
ada orang yang beranggapan bahwa baktinya dengan mengirim atau menghadiakan
bacaan surat2 tertentu dari Quran. Atau menabur bunga dan air mawar dipusara
mereka, bahkan ada yang membangun dan memperindah kuburnya dengan kemegahan,
marmer, batu nisan yang mewah dan lainnya.
Seandainya itu diperintah oleh
agama....maka Nabi shalallah 'alaihi wasalam akan memerintahkannya dan niscaya
para sahabat akan berlomba-lomba dalam hal itu.
Bakti seorang anak kepada orang tua
senantiasa menjadi hutang yang harus ditunaikan sampai ia bertemu dengan Allah
Ta’ala. Mereka sangat membutuhkan doa yang tulus dari buah hati yang soleh dan
solehah, serta permohonan ampun sehingga mereka mendapatkan limpahan rahmat dan
ampunan dari Allah karenanya.
Dalam suatau riwayat Rasulullah
shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
((إن
الله - عزَّ وجلَّ - ليرفع الدرجة للعبد الصالح في الجنة، فيقول: يا رب أنَّى لي هذه؟
فيقول: باستغفار ولدك لك))؛ رواه أحمد (10232)، وابن ماجه (3660)، وحسَّنه الألباني
في \"مختصر السلسلة الصحيحة\"
(1598).
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat
seorang hamba yang saleh di surga. Lantas ia bertanya, ‘Wahai Rabb, mengapa aku
mendapatkan ini?’ Allah menjawab, ‘Karena permohonan ampunan anakmu untukmu.’”
(HR. Ahmad, Ibnu Maajah, dan dihasankan oleh AlBani)
Allahumma ya Allah rahmatilah mereka,
ampuni dosa-dosa mereka dan tinggikanlah derajatnya kumpulkan mereka bersama
NabiMu, dan orang-orang yang Siddiq, Syuhada dan orang-orang Soleh. Aamiin Ya
Rabbal'alamiin
Allahua'lam
Duhai... mereka yang tiada berbakti
ketika mereka masih hidup.
Jangan pernah berputus asa selama
hayat masih dikandung badan.
Mungkin hati mereka pernah hancur bak
tembikar terhempas ke lantai, karena tingkah laku kita saat itu.
Namun kita masih dapat membangun
mahligai mereka di alam barzakh dan membuat tinggi derajat mereka di jannah.
Petuah Nabi kita yang mulia... yang
tiada dari hawa nafsunya.
Petuah Nabi kita yang tak pernah
dusta, ianya semata wahyu yang tercurah dari Robbnya.
Tempulah jalannya dan amalkanlah
petuah-petuahnya niscaya kedua orang tua kita bahagia di alam baqa dan di
jannah.
Jadikan diri soleh dan soleha, niscaya
mereka akan kaya dengan doa kita.
Mohonkan ampun pada Ilahi niscaya
tinggi derajat mereka.
Tunaikan janji keduanya, merekakan
bahagia selamanya.
Muliakan teman-temannya , dan
sambungkan tali persaudaraannya.
Itu semua kekayaan mereka diakhirat
dan kebahagiannya.
Cukupkan apa yang sudah dipetuahkan
Nabi kita niscaya kita akan selamat.
Berlebih-lebihan dan berbuat yang
tiada dasarnya adalah kerugian yang tiada tara.
Diantara yang tercela adalah meratap
meraung, berpesta makanan,
Allahua'lam
Pondok Aren
7Robi'Akhir
1436H/27-1-2015M
Abu Aminah Abdurrahman
Ayub
Pin bb 7FB8C9B6.
Fb Abdul Rahman Ayub
Hp/WA 081310144169
0 komentar:
Posting Komentar