MUTIARA NASIHAT #116
TAUSIYAH SINGKAT SETELAH MENGUBUR YANG KADANG TERABAIKAN
Kadang kita melihat fenomena yang ada
dimana sebagian kaum muslimim setelah selesai menguburkan segera mereka berdoa
dipimpin seseorang dan yang lain mengaminkan. Bahkan ada yang memakai tukang
doa dikuburan dan keluarga serta yang hadir hanya mengaminkan.
Padahal dalam riwayat yang sah memang
Nabi shalallah 'alaihi wasalam kadang mengingatkan yang hadir untuk berdoa.
Namun kadang Nabi juga memberi
tausiyah untuk yang hadir sebagaimana dalam kitab Ahkamu Al-Janaaiz Syaikh
Albani dn juga pernyataan Syikh Salim Hilali.
Adapun contoh pemberian nashihat
Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam Shallallahu alaihi wa sallam ketika
selesai menguburkan jenazah adalah sebagaimana di dalam hadits berikut,
عن علي رضي الله عنه قَالَ: كُنَّا فىِ جَنَازَةٍ فىِ بَقِيْعِ اْلغَرْقَدِ
فَأَتَانَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم
فَقَعَدَ وَ قَعَدْنَا حَوْلَهُ وَ مَعَهُ مِخْصَرَةٌ فَكَنَسَ وَ جَعَلَ يَنْكُتُ
بِمِخْصَرَتِه ثُمَّ قَالَ: مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ مَا مِنْ نَفْسٍ مَنْفُوْسَةٍ
إِلاَّ وَ قَدْ كَتَبَ اللهُ مَكَانَهَا مِنَ اْلجَنَّةِ وَ النَّارِ وَ إِلاَّ وَ
قَدْ كُتِبَتْ شَقِيَّةً أَوْ سَعِيْدَةً قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ
أَفَلاَ نَمْكُثُ عَلَى كِتَابِنَا وَ نَدَعُ اْلعَمَلَ؟ فَقَالَ: مَنْ كَانَ مِنْ
أَهْلِ السَّعَادَةِ فَسَيَصِيْرُ إِلىَ عَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ وَ مَنْ كَانَ
مِنْ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ فَسَيَصِيْرُ إِلىَ عَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ فَقَالَ: اعْمَلُوْا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ (لمِــَا
خُلِقَ لَهُ) أَمَّا أَهْلُ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُوْنَ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ
وَ أَمَّا أَهْلُ الشَّقَاوَةِ فَيُيَسَّرُوْنَ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ ثُمَّ
قَرَأَ ((فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَ اتَّقَى وَ صَدَّقَ بِاْلحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ
لِلْيُسْرَى وَ أَمَّا مَن بَخِلَ وَ اسْتَغْنَى وَ كَذَّبَ بِاْلحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ
لِلْعُسْرَى))
Dari Ali bin Abi Thalib radliyallahu
anhu berkata, kami pernah (mengurusi) satu jenazah di pekuburan Baqi’
al-Ghorqod. Lalu Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam datang menemui kami
dan duduk, maka kamipun duduk disekitarnya. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
mempunyai sebatang tongkat (yang melengkung bagian atasnya), lalu menyapukan
(tongkat itu ke tanah) dan menggaris-garisnya dengan tongkat itu. Kemudian
Beliau bersabda, “Tidaklah seseorang di antara kalian, tidaklah seorang jiwa
yang bernafas melainkan telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala di
dalam surga dan neraka, atau telah ditentukan bahagia atau sengsara”. Berkata
Ali, bertanyalah seorang lelaki, “Wahai Rosulullah tidakkah kita nanti akan
pasrah kepada kitab catatan kita dan meninggalkan amal?”. Beliau bersabda,
“Barangsiapa yang termasuk golongan bahagia maka ia akan mengarah kepada amalan
golongan yang bahagia. Dan barangsiapa yang termasuk golongan sengsara maka ia
akan mengarah kepada amalan golongan sengsara”. Beliau bersabda lagi,
”Beramallah kalian, karena semuanya itu dimudahkan (kepada apa yang ditakdirkan
untuknya). Adapun golongan bahagia mereka akan dimudahkan untuk beramal
golongan bahagia. Dan adapun golongan sengsara mereka akan dimudahkan untuk
beramal golongan sengsara. Lalu Beliau membaca ((Adapun orang yang memberikan
(hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang
terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan
adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan
pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar)).
[21] [HR Muslim: 2647 dan al-Bukhoriy: 7552. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy:
shahih]. [22]
Berkata asy-Syaikh Salim bin Ied
al-Hilaliy hafizhohullah, “Memberi nashihat di dekat kubur (setelah
menguburkan) itu mustahabbah (disunnahkan). Karena hal itu lebih efektif disaat
itu. Hal tersebut lantaran melihat orang yang mati dan mengingat kematian itu
dapat melembutkan hati dan menghapuskan sifat kerasnya”. Bahjah an-Nazhirin:
II/ 190.
Berkata asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin rahimahullah, “Nashihat adalah mengingatkan manusia dengan sesuatu
yang dapat melembutkan hati. Adakalanya dengan memotivasi (targhib) dalam
kebaikan atau dengan ancaman (tarhib) dari keburukan, maka itulah nashihat.
Seagung-agung, seutama-utama dan sebaik-baik pemberi nashihat untuk hati adalah
alqur’an yang mulia, sebagaimana Allah ta’ala berfirman ((Wahai manusia,
sungguh-sungguh telah datang kepada kalian ashihat dari Rabb kalian dan sebagai
obat bagi apa yang ada di dalam dada, sebagai petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman. QS Yunus/ 10: 57)). Maka alqur’an adalah
seagung-agung pemberi nashihat bagi orang yang memiliki hati dan mengarahkan
pendengaran lagi menyaksikan (kebenaran). Syar-h Riyadl ash-Shalihin: III/ 243
Demikian penjelasan tentang beberapa
amalan yang dapat dilakukan oleh kaum muslimin ketika ada saudaranya sesama
muslim yang wafat atau meninggal dunia yang berkaitan dengan tausiyah.
Wallahu'alam
Pondok Aren
5Rabi'ulAwal
1436H/27-12-2014
Abu Aminah Abdurrahman
Ayub
Pin bb 7FB8C9B6.
Fb Abdul Rahman Ayub
Hp/WA 081310144169
http://www.yusna.com/2014/12/proposalrenovasi-masjid-uswah-hasanah.html
0 komentar:
Posting Komentar